Pengakuan Jerusalem sebagai Ibukota Israel Bisa Timbulkan Gejolak

Pengakuan Jerusalem sebagai Ibukota Israel Bisa Timbulkan Gejolak

TOPMETRO.NEWS – Niat Amerika Serikat untuk mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel diperkirakan akan menimbulkan gejolak di dunia Islam.

Jika rencana itu benar-benar terwujud, maka Amerika juga akan memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Jerusalem.

Belakangan muncul spekulasi intensif Presiden Donald Trump diperkirakan akan mengumumkan pengakuan itu dalam pidato hari Rabu (6/12) sebagai bagian dari janji kampanye pemilihan presiden AS tahun 2016.Trump dikabarkan akan akui Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Di masa kampanye, Trump menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel dan bahkan berjanji akan memerintahkan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Jerusalem pada hari pertama ia resmi menjabat. Namun hingga kini dia belum mewujudkan janjinya.

Sebenarnya, penentangan terhadap gagasan pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel sudah ditentang banyak pihak karena diperkiranan akan menimbulkan konflik baru.

“Jerusalem Timur sangat penting bukan hanya bagi Palestina tetapi juga bagi dunia Islam karena di situ ada Masjidil Al Aqsa yang diyakini oleh kaum Muslimin sebagai tempat bertolak Nabi Muhammad ke langit atau mi’raj Nabi Muhammad ke langit,” jelas pengamat masalah Timur Tengah dari Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Smith Al Hadar.

“Sehingga hal ini akan juga mempengaruhi dunia Islam apabila mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaannya ke Jerusalem maka harapan Palestina untuk mendirikan ibu kota Paletina di Jerusalem Timur akan hilang.”

Pasalnya, lanjut Smith Al Hadar, Israel akan mendapat legitimasi dari Amerika Serikat untuk mempercepat hal yang dia sebut ‘yahudinisasi’ di Jerusalem Timur dan bisa jadi orang-orang Palestina yang tersisa di kota tua itu akan disingkirkan dari sana.

“Sehingga Jerusalem secara keseluruhan akan menjadi ibu kota orang Yahudi dan dari segi keamanan akan lebih terjamin kalau orang Palestina tidak ada lagi,” katanya dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Rohmatin Bonasir, Senin (04/12).(tmn)

Related posts

Leave a Comment